Museum Wayang Jakarta
Sejarah
Gedung Museum Wayang
Gedung Museom pada
awalnya merupakan bangunan gereja yang dibangun pada tahun 1640 dengan nama “De
Oude Holandsche kerk” pada tahun 1732 diperbaiki dan diganti nama menjadi “De
Nieuw Holandsche kerk”. Bangunan ini pernah hancur akibat gempa bumi
Lembaga yang menangani
pengetahuan dan kebudayaan Indonesia membeli bangunan ini dan diserahkan kepada
“Stichting Oud Batavia” dan tanggal 22 Desember 1939 dijadikan museum dengan
nama “Oude Bataviasche Museum”. Tahun 1957 diserahkan kepada lembaga kebudayaan
indonesia.
Tanggal 17 September
1962 diberikan kepada departemen P dan K, kemudian diserahkan kepada pemerintah
DKI tanggal 23 Juni 1968 untuk dijadikan museum wayang. Dan tanggal 13 Agustus
1975 diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Bapak Bp.H.Ali Sadikin. Sejak 16
September 2003 mendapat perluasan bangunan hibah dari Bapak Probosutetdjo.
Fasilitas yang ada di
gedung Museum Wayang adalah :
- Ruang 3D
- Ruang
Pagelaran
- Ruang
Master Piece
- Ruang Tata
Pamer
- Mushola
- Toilet
- Ruang
Kantor
- Perpustakaan
Museum digunakan untuk menyimpan hasil budaya agar tetap terjaga
rapi dan dapat dinikmati oleh masyrakat tanpa harus mengunjungi daerah-daerah
tempat wayang berada dan dapat dinikmati secara terus menerus. Ada pula
kegunaan dari museum Wayang, yaitu kita dapat mengetahui jenis Wayang dari seluruh
Nusantara dan negara lain, dan kita juga dapat mengetahui lebih jelas pembuatan
secara detail suatu wayang dan asal-usul nya. Museum Wayang juga memberikan
kita cara mengetahui perbedaan dalam pembuatan anggota tubuh wayang dari satu
wayang dan wayang lainnya yang dibedakan dalam motif-motif tertentu. Di Museum
Wayang kita juga dapat mengetahui kisah dibalik masing-masing wayang yang ada
di museum wayang tersebut. Kita juga dapat mengetahui perbedaan antara Wayang
dari masing-masing daerah di Indonesia. Di museum wayang ini juga, kita dapat
mempelajari mengenai wayang dan karakteristik wayang yang ada di Nusantara.
Museum ini juga dapat menjadi jembatan untuk mengingat hasil karya berupa
Wayang dari masa ke masa. Museum ini juga dapat dijadikan sarana edukasi bagi
anak-anak agar mengetahui dan mencintai budaya Indonesia.
Untuk mengunjungi Museum
Wayang ini dikenakan dengan biaya sebagai berikut :
Dewasa
: Rp. 5.000,-
Mahasiswa
: Rp. 3.000,-
Anak-anak/
Pelajar
: Rp. 2.000,-
Dan
untuk waktu buka Museum adalah :
Selasa s.d
Minggu
: 09.00 – 15.00
Senin dan Hari besar
Libur : TUTUP
Museum Wayang ini
terletak di Jl. Pintu Besar Utara No. 27, Jakarta Barat. Ada beberapa
alternativ kendaraan untuk mencapai Museum Wayang tersebut. yaitu :
- Commuter Line : Dari arah
Bogor, dapat mengambil arah ke Jakarta Kota. Jika anda berasal dari
jalur lain, bisa mengambil arah ke Manggarai dan transit di Manggarai
berpindah jalur kereta ke arah Jakarta Kota.
- Bus TransJakarta : Bisa naik dari halte busway mana saja, menuju halte Harmoni. Lalu, tukar jurusan yang arah ke Kota, keluar halte Kota jalan sedikit ke arah Kota Tua
Ini adalah sebagian kecil koleksi Wayang di Museum Wayang
1. Wayang
Puwa Ngabean
Salah satu koleksi unggulan atau sebagai masterpiece
di Museum Wayang salah satunya adalah Wayang Kulit Purwa Ngabean, wayang yang
sudah tenar di kalangan masyarakat. Koleksi-koleksi Wayang purwa Ngabean ini
bisa kita saksikan di ruang pamer Wayang Kulit Purwa yang terletak di lantai
dua gedung museum.
Berdasarkan keterangan yang kami dapatkan,
Wayang Ngabean dibuat tahun 1917 oleh keluarga Ngabean. Dalem Ngabean merupakan
salah satu rumah bangsawan Yogyakarta yang terkenal karena disamping memiliki
koleksi wayang kulit juga karena salah satu pusat kesenian di Yogyakarta.
Wayang Ngabean ini merupakan milik dari kakak
kandung Sultan. Salah satu kotaknya dapat dijadikan koleksi di Museum Wayang.
Wayang Ngabean tidak berbeda jauh dengan wayang kulit intan. Bedanya
hanya tidak ditaburi dengan intan batu yakut.
2. Wayang
Kulit Banjar
Wayang kulit di Kalimantan Selatan dinamakan Wayang
Kulit Banjar, karena pendukung kesenian ini adalah etnis Banjar. Secara fisik
ukuran wayang kulit Banjar lebih kecil dibanding wayang kulit Jawa. Atau lebih
mendekati ukuran wayang kulit Bali. Ritme gamelan yang mengiringi wayang kulit
Banjar cenderung cepat dan keras, sehingga berbeda jika dibanding dengan musik
gamelan Jawa. Wayang kulit Banjar juga tidak mengenal waranggana (para wanita
yang membantu menyanyikan lagu atau gending) yang ada dalam pementasan wayang
kulit di Jawa. Gamelan wayang kulit Banjar umumnya terbuat dari besi, berbeda
dengan gamelan wayang kulit Jawa yang rata-rata terbuat dari logam perunggu.
Dalam Hikayat Banjar tertulis bahwa
seni wayang sudah mulai tumbuh di kerajaan Negara Dipa seperti; bawayang gung,
manopeng, bawayang gadongan, bawayang purwa, babaksan dan sebagainya. Merupakan
kesenian yang biasa dipertunjukan di kerajaan Negara Dipa. Mengenai asal usul
wayang telah banyak dibicarakan di kalangan ilmuwan. Dr. J.L.A. Brandes
berpendapat bahwa wayang termasuk dalam 10 unsur kebudayaan yang telah ada di
Nusantara sebelum masuknya kebudayaan Hindu.
3. Wayang
Kulit Sadat
Wayang Sadad diciptakan oleh Suryadi Warnosuhardjo
pada tahun 1985. Ia berasal dari Desa Mireng, Kecamatan Trucuk, Klaten. Ia
adalah seorang guru matematika di SPG Muhammadiyah Klaten sekaliguas dalangnya.
Wayang sadat diciptakannya dengan maksud untuk memberikan penyeimbangan
terhadap perkembangan Islam yang disampaikan oleh para wali dahulu. Karena ada
perkembangan sejarah yang mengarah kearah sinkretisme dengan masuknya pengaruh
kebudayaan Jawa, Hindu dan Buddha dalam ajaran agama Islam. Disamping itu, ia
bermaksud untuk melanjutkan hakikat Islam yang terdapat dalam gubahan pakeliran
Wayang Purwa pada masa kerajaan Demak, yaitu cerita Jimat Kalimasada.
Sedangkan, perkeliran pada masa perkembangan Wayang Beber, Wayang Madya, dan
Wayang Gedog, tidak pernah menyinggung roh Islam, tetapi hanya cerita-cerita
tentang raja-raja saja.
Kata “sadat” berasal dari kata syahadattain. Ia
mempunyai tujuan dengan nafas Islam sebagai dakwah dalam pergelarnnya. Ia juga
ingin melanjutnya tradisi Sekatenan yang merupakan pembacaan sahadat secara
masal pada masa Kerajaan Demak.
4. Wayang
Wahyu
Wayang Wahyu
adalah wayang yang ceritanya diambil dari Kitab Suci baik Perjanjian
Lama maupun Perjanjian Baru. Wayang Wahyu yang didirikan pada tanggal 02
Februari 1960 oleh Bruder L. Timotius
Wignyosubroto, FIC di Solo ini, mulai dikenalkan untuk pertama kalinya di
Paroki Tyas Dalem Kroya, Keuskupan Purwokerto pada tanggal 12 Desember 2009.
Tujuan Wayang Wahyu
1. Membangun paguyuban kemanusiaan yang mencintai
kesenian adiluhung Indonesia tanpa pandang suku, ras dan agama.
2. Mengenalkan ajaran Kristiani melalui dunia
pewayangan.
3. Bagi umat Katolik, Wayang Wahyu bertujuan untuk
semakin mengenalkan Wahyu Allah dalam Kitab Suci. Melalui media ini, warta
Kitab Suci diharapkan menjadi mudah diterima dan umat semakin mencintai Kitab
Suci.
5. Wayang
Kyai Intan
Wayang kulit Kyai Intan merupakan
salah satu koleksi unggulan yang dipamerkan di Museum Wayang. Di Yogyakarta,
tempat asalnya, keberadaan wayang ini sudah sangat dikenal sebagai wayang yang
bernilai tinggi. Wayang ini sendiri dibuat oleh Ki Guna Kerti dan
kawan-kawannya, merupakan prakarya seorang Tionghoa bernama Babah Palim dari
Muntilan, Jawa Tengah yang dibuat pada tahun 1870.
Wayang Kulit Kyai Intan ini
mempunyai spesifikasi tertentu, wandanya sama saja dengan bentuk standar wayang
kulit dari Yogyakarta maupun wayang kulit lainnya. Bahan dasar untuk membuat
wayang kulit ini adalah kulit kerbau pilihan dengan tebal dan kehalusan
kulitnya.
6. Wayang
Sasak NTB
Wayang kulit sasak berasal dari Lombok, Nusa
Tenggara Barat. Disebut sasak karena pembuatannya berasal dari etnis sasak.
Penta wayang sasak sampai saat ini ialah amak rahimah. Dahulu wayang sasak
dipergunakan untuk berdakwah agama islam dipulau Lombok. Bentuk wayang sasak
mirip dengan wayang kulit gedog. Cerita wayang sasak menceritakan Amir Hamzah
(paman Nabi Muhammad Rasullulah SAW). Amir Hamzah dalam wayang kulit sasak,
namanya diganti sesuai dengan nama Indonesia (Jawa) yaitu Wong Agung Menak Jayengrana.
Pedoman yang dipakai huruf Bahasa jawa, diambil dari serat menak karangan
Yosodipura.
7. Wayang
Kulit Tejokusuman
Wayang Tejokusuman dibuat pada tahun 1946 di wilayah
Tejokusuman, Yogyakarta. Seperti wayang kulit umumnya, Wayang Tejokusuman
memiliki tatahan dan sunggingan yang halus. Perbedaan mendasar yang dapat
dilihat dari wayang Tejokusuman ini adalah warna tubuh yang diwarnai krem atau
kuning muda. (umumnya wayang diberi warna prada/warna emas untuk bagian
tubuhnya).
8. Wayang
Revolusi
Wayang revolusi adalah pertunjukkan wayang kulit dalam
menceritakan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Saat ini wawasan tentang
dunia pewayangan mulai dilupakan oleh generasi muda terutama dari jenis tokoh
pewayangan asli Indonesia. Oleh sebab itu, diharapkan wayang bukan hanya
sekedar kesenian tapi juga sebagai wadah pembelajaran mengenai falsafah hidup.
Wayang revolusi pada umumnya pagelarannya mengambil
cerita-cerita dari berbagi sumber sejarah nasional Indonesia dan mengikut
sertakan tokoh-tokoh nasional seperti Soekarno, Hatta, tentara Belanda dan
masyarakat kulit putih. Hal yang menarik dari wayang revolusi yaitu tidak
pernah memiliki naskah cerita tertulis sehingga tidak memiliki pakem yang
khusus. Wayang kulit ini di setiap pementasannya menggunakan gamelan dengan
beberapa musisi untuk membuat suasana panggung semakin meriah. Wayang revolusi
ini tidak termasuk warisan budaya karena termasuk karya baru dan modern.
9.
Wayang Golek Elung Bandung
Wayang Golek Elung Bandung dibuat tahun 1965 karya
R.S.Prawiradilaga seorang tokoh budayawan, Alm.Sulaiman Prwairadilaga, atau
lebih dikenal dengan nama panggilan “Pak Sule”, seorang pensiunan wedana yang
mengkhususkan dirinya menciptakan wayang golek “Elung” ciptaannya,
mengungkapkan cerita lain dari asal usul wayang golek purwa sunda di priangan.
Museum wayang, telah berhasil menghimpun koleksi wayang golek purwa elug buah
tangan pak sule, dengan bahan dari kayu cendana dari tahun 1975-1980 sebanyak
126 buah. Menurut pak sule, wayang golek purwa sunda baru mulai dikenal di priangan
khusunya sumedang.
10. Wayang
Golek Menak Kebumen
Pada waktu agama islam masuk ke Jawa, cerita-cerita
agam islam juga menyertainya. Cerita menak yang terkenal adalah cerita Amir
Hamzah (paman Nabi Muhammad SAW).
Dalam kisah menak berbahasa Bahasa jawa nama-nama tokoh islam dijadikan nama-nama tokoh jawa, misalnya Amir Hamzah menjadi Wong Agung Menak Jayanegara. Umar menjadi Umarmaya, dll. Kata menak berarti bangsawan.
Dalam kisah menak berbahasa Bahasa jawa nama-nama tokoh islam dijadikan nama-nama tokoh jawa, misalnya Amir Hamzah menjadi Wong Agung Menak Jayanegara. Umar menjadi Umarmaya, dll. Kata menak berarti bangsawan.
11. Blencong
Sebelum dikenal adanya lampu yang menggunakan
listrik, pertunjukan wayang kulit pada masa itu masih menggunakan lampu
penerang pada layar/geber dengan memakai bahan bakar minyak kelapa yang diberi
sumbu dari lowe atau benang kapas. Lampu berbasis minyak tersebut itulah yang
dinamakan Blencong. Dalam tata pamer kali ini museum wayang menghadirkan
koleksinya berupa Blencong untuk dipamerkan sebagai wujud pembelajaran.
Blencong yang ada di museum wayang merupakan sumbangan dari kolonel (purn)
Casel A Heshisius, perwira kerajaan yang berasal dari Deen Haag, Belanda.
Dan berikut adalah foto foto kelompok kami di Museum Wayang Jakarta
Kesimpulan dan saran dari kelompok kami setelah mengunjungi Museum Wayang Jakarta
Kesimpulan
Museum tidak hanya sekedar tempat wisata, namun
museum juga dapat dijadikan tempat belajar dan mendapatkan ilmu pengetahuan
atau untuk tempat pameran dari isi museum tersebut. Di Indonesia, museum kurang
di lestarikan dan diminati oleh masyarakat atau pemerintah, karena kurangnya
ketertarikan masyarakat terhadap museum, serta fasilitas yang kurang mendukung
sedangkan museum di luar negeri menjadi salah satu daya tarik tempat wisata
oleh pengunjung dan pemerintah mendukung untuk pengembangan terhadap museum dan
memberikan fasilitas yang layak dan nyaman.
Saran
Sebaiknya pemerintah memperhatikan
kenyamanan,keamanan, dan koleksi-koleksi yang ada di museum wayang agar museum
dapat menjadi tempat wisata yang diminati masyarakat, khususnya generasi muda
Indonesia agar mengetahui sejarah dan budaya bangsa nya. Karena generasi muda
yang membangun dan melestarikan budaya dan tempat wisata di Indonesia. Pihak
musium memberikan sarana yang layak, agar para pengunjung betah dan ingin
kembali ke musium ini lagi. Tidak hanya petugas musium atau pemertintah yang
membantu dalam pengembangan musium ini, namun generasi muda dan seluruh
masyarakat juga ikut membantu melestarikan musium ini dan membuat musium ini
menjadi salah satu ikon wisata Indonesia di mata dunia yang mempelajari atau
dapat mengetahui pelajaran tentang seni dari wayang.
Komentar
Posting Komentar